RI Tekor
Berdagang dengan China, Ini Penjelasan Tom Lembong
Manila
-Angka defisit perdagangan Indonesia dengan China makin melebar alias semakin tekor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit sebesar
US$ 12,8 miliar pada periode Januari-Oktober 2015. Dengan nilai ekspor Indonesia
ke China sebesar US$ 11 miliar, sementara impor mencapai US$ 23,8 miliar.
Menteri Perdagangan (Mendag) Tom Lembong menilai, tingginya angka defisit ini disebabkan anjloknya harga komoditas seperti batu bara, sawit dan lainnya. Sebagian besar ekspor Indonesia ke China adalah komoditas. Saat harga komoditas merosot, tentu akan mengurangi nilai ekspor Indonesia.
“Sejauh ini yang utama itu masih mentah, minerba, komoditi, kita ekspor ke China, begini kan sejarah kita ekspor ke China itu mayoritas mentah, nikel, bauksit, alumunium, batu bara, semua harga ini kan anjlok, jadi bukan volumenya yang menurun tapi harganya, jadi bukan suatu defisit yang salah tapi harganya yang turun,” jelas Tom Lembong dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi, Komite Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2015, di New World Hotel, Makati, Filipina, Kamis (19/11/2015).
Lembong menyebutkan, di tengah anjloknya harga komoditas, China mulai menggeser pola pasarnya dari masyarakat industri ke konsumsi.
Untuk itu, Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor komoditas ke China, sudah seharusnya untuk ikut mengubah barang ekspor dari komoditas menjadi barang-barang konsumsi.
“Mereka mau mengurangi perindustrian dan lebih ke konsumsi, mereka lebih mau ke masyarakat, konsumen, karena itu permintaannya pakaian, fashion, alas kaki, mebel jadi lebih lifestyle, makanan dan minuman, dan itu semuanya barang-barang konsumsi, jadi kita mesti membangun industri kita, industri tekstil, sepatu, mebel, industri perhiasan untuk life konsumen,” kata Lembong.
Sebagai informasi, defisit perdagangan Indonesia dengan China paling besar dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan Thailand, Indonesia defisit US$ 2,7 miliar dan Australia sebesar US$ 1,4 miliar, kemudian adalah Jerman, Jepang dan Korea Selatan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Tom Lembong menilai, tingginya angka defisit ini disebabkan anjloknya harga komoditas seperti batu bara, sawit dan lainnya. Sebagian besar ekspor Indonesia ke China adalah komoditas. Saat harga komoditas merosot, tentu akan mengurangi nilai ekspor Indonesia.
“Sejauh ini yang utama itu masih mentah, minerba, komoditi, kita ekspor ke China, begini kan sejarah kita ekspor ke China itu mayoritas mentah, nikel, bauksit, alumunium, batu bara, semua harga ini kan anjlok, jadi bukan volumenya yang menurun tapi harganya, jadi bukan suatu defisit yang salah tapi harganya yang turun,” jelas Tom Lembong dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi, Komite Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2015, di New World Hotel, Makati, Filipina, Kamis (19/11/2015).
Lembong menyebutkan, di tengah anjloknya harga komoditas, China mulai menggeser pola pasarnya dari masyarakat industri ke konsumsi.
Untuk itu, Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor komoditas ke China, sudah seharusnya untuk ikut mengubah barang ekspor dari komoditas menjadi barang-barang konsumsi.
“Mereka mau mengurangi perindustrian dan lebih ke konsumsi, mereka lebih mau ke masyarakat, konsumen, karena itu permintaannya pakaian, fashion, alas kaki, mebel jadi lebih lifestyle, makanan dan minuman, dan itu semuanya barang-barang konsumsi, jadi kita mesti membangun industri kita, industri tekstil, sepatu, mebel, industri perhiasan untuk life konsumen,” kata Lembong.
Sebagai informasi, defisit perdagangan Indonesia dengan China paling besar dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan Thailand, Indonesia defisit US$ 2,7 miliar dan Australia sebesar US$ 1,4 miliar, kemudian adalah Jerman, Jepang dan Korea Selatan.
Komentar : Tidak dapat
dipungkiri bahwa china merupakan negara yang sedang menaik ekonominya, dan
kondisi rupiah yang menurun juga membuat harga ekspor juga menurun sehingga
antara impor-ekspor juga menurun. China mulai menggeser pola pasarnya dari masyarakat
industri ke konsumsi. Seperti yang dunia sudah ketahui banyak sekali barang
yang berlabelkan ‘made in china’ baik itu barang industri atau barang konsumsi,
jadi jika Indonesia mau nilai ekspornya naik di China maka kita harus bisa
bersaing dengan China yang dapat membuat segalanya dengan cara inovasi baru
atau menonjolkan sisi Indonesia yang tidak ada di China ataupun negara lainnya.
Sumber :
http://finance.detik.com/read/2015/11/19/123822/3075227/4/ri-tekor-berdagang-dengan-china-ini-penjelasan-tom-lembong?mpifinance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar