Impor Beras untuk Cadangan,
Mentan: Bentuk Pemerintah Sayang Rakyat
Makassar -Menteri Pertanian (Mentan) Amran
Sulaiman kembali menegaskan impor beras hanya untuk cadangan pemerintah melalui
Perum Bulog. Cadangan ini untuk memastikan stok dan harga beras di masyarakat
stabil agar tak ada lonjakan di awal tahun depan ketika tak musim panen
(paceklik).
Saat ini Bulog punya stok sekitar 1,25 juta ton di gudang-gudangnya. Sehingga untuk memastikan stok tercapai minimal 1,5 juta ton di akhir 2015, maka perlu ada impor karena pengadaan dalam negeri sudah sulit. Pemerintah akan impor beras 1,5 juta ton dari Vietnam yang dijadwalkan tiba November.
"Cadangan beras nasional itu jika diilustrasikan sama dengan pemain sepakbola cadangan, kalau tidak ada pemain cidera tidak perlu turun pemain cadangan, sama dengan beras, opsi cadangan beras itu disesuaikan dengan kebutuhan, kalau cukup tidak perlu keluar cadangan," ujar Amran di sela panen raya kedelai di Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (28/10/2015).
Amran menegaskan bahwa selama setahun kementerian yang dipimpinnya, sejak Oktober 2014, berhasil membendung impor beras.
Amran membandingkan fenomena El Nino tahun ini lebih dahsyat dari tahun 1997. Pada 1997, Indonesia mengimpor beras 7,1 juta ton dengan jumlah penduduk Indonesia saat itu masih 205 juta orang.
Sedangkan di tahun 2015 ini, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 252 juta orang, seharusnya Indonesia bisa mengimpor 8,8 juta ton tapi selama setahun ini belum terjadi.
"Cadangan beras nasional adalah bentuk perhatian pemerintah begitu menyanyangi rakyatnya, sudah berproduksi, berakselerasi, upaya khusus, tapi masih tetap memberi ruang opsi cadangan beras nasional," pungkas Doktor Pertanian pemegang hak paten racun hama tikus ini.
Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla memastikan pemerintah bulan depan akan mengimpor beras untuk menjaga cadangan beras nasional dan stabilitas harga dan stok beras nasional.
Beras impor ini sebagai cadangan untuk kebutuhan Bulog Januari-Maret 2016 saat masa paceklik atau sebelum panen raya. Kebutuhan Bulog selama ini untuk distribusi raskin/rasta, operasi pasar ketika harga di pasar naik, dan kebutuhan siaga ketika terjadi bencana alam.
Saat ini Bulog punya stok sekitar 1,25 juta ton di gudang-gudangnya. Sehingga untuk memastikan stok tercapai minimal 1,5 juta ton di akhir 2015, maka perlu ada impor karena pengadaan dalam negeri sudah sulit. Pemerintah akan impor beras 1,5 juta ton dari Vietnam yang dijadwalkan tiba November.
"Cadangan beras nasional itu jika diilustrasikan sama dengan pemain sepakbola cadangan, kalau tidak ada pemain cidera tidak perlu turun pemain cadangan, sama dengan beras, opsi cadangan beras itu disesuaikan dengan kebutuhan, kalau cukup tidak perlu keluar cadangan," ujar Amran di sela panen raya kedelai di Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (28/10/2015).
Amran menegaskan bahwa selama setahun kementerian yang dipimpinnya, sejak Oktober 2014, berhasil membendung impor beras.
Amran membandingkan fenomena El Nino tahun ini lebih dahsyat dari tahun 1997. Pada 1997, Indonesia mengimpor beras 7,1 juta ton dengan jumlah penduduk Indonesia saat itu masih 205 juta orang.
Sedangkan di tahun 2015 ini, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 252 juta orang, seharusnya Indonesia bisa mengimpor 8,8 juta ton tapi selama setahun ini belum terjadi.
"Cadangan beras nasional adalah bentuk perhatian pemerintah begitu menyanyangi rakyatnya, sudah berproduksi, berakselerasi, upaya khusus, tapi masih tetap memberi ruang opsi cadangan beras nasional," pungkas Doktor Pertanian pemegang hak paten racun hama tikus ini.
Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla memastikan pemerintah bulan depan akan mengimpor beras untuk menjaga cadangan beras nasional dan stabilitas harga dan stok beras nasional.
Beras impor ini sebagai cadangan untuk kebutuhan Bulog Januari-Maret 2016 saat masa paceklik atau sebelum panen raya. Kebutuhan Bulog selama ini untuk distribusi raskin/rasta, operasi pasar ketika harga di pasar naik, dan kebutuhan siaga ketika terjadi bencana alam.
Komentar :
Sebagai negara yang pernah swasembada beras tentu impor beras terasa seperti
hal yang aneh. Sepertinya impor beras merupakan solusi yang tepat bagi
pemerintah untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya padahal di negeri yang subur
ini jika pemerintah benar-benar berkomitmen bisa saja kita tidak perlu impor
lagi dengan mengembangkan potensi yang ada atau mungkin kita bisa kembali
swasembada beras.
Dalam
analisis makro ekonomi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya pembelian barang dari luar negri (impor) suatu Negara adalah kemampuan
membayar (daya beli) Negara tersebut terhadap barang impor.
Makin tinggi
kemampuan membayar (daya beli)-nya maka tinggi pula impor yang dapat
dilakukannya. Karena tinggi rendahnya daya beli suatu Negara dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan nasionalnya. Maka tinggi rendahnya impor Negara
tersebut, juga ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasionalnya.
Sukirno,
Sadono.2004. Makro ekonomi Teori Pengantar. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar