Dirut BRI: Utang China Rp 13
Triliun Nggak Cukup
Jakarta -Tiga Bank Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) memperoleh fasilitas pinjaman dari China Development Bank (CDB) US$ 3
miliar atau hampir setara Rp 39 triliun. Setiap perbankan pelat merah
memperoleh kredit Rp 13 triliun.
Meski terbilang tinggi, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Asmawi Syam, menyebut dana pinjaman tersebut masih kurang untuk membiayai sektor infrastruktur dan manufaktur.
"Uang sudah masuk ke kita Rp 13 triliun tapi nggak cukup," kata Asmawi saat press conference kinerja BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (26/10/2015).
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Budi G Sadikin menyebut fasilitas kredit dari China tersebut sangat menggiurkan karena memberi tenor jangka panjang dengan bunga rendah. Pinjaman tersebut nantinya dipakai Mandiri mendukung program refinancing hingga pembiayaan proyek BUMN berbentuk dolar.
"Pendanaan CDB dalam bentuk dolar AS dalam jangka panjang, amount besar. Sulit dapat dari sumber lain meskipun G2G," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Achmad Baiquni, menyebut pihaknya siap menyerap berapa pun alokasi pinjaman dari China karena menawarkan bunga rendah dan tenor jangka panjang.
"Jangankan US$ 1 miliar, lebih kita ambil," ujar Baiquni.
Meski terbilang tinggi, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Asmawi Syam, menyebut dana pinjaman tersebut masih kurang untuk membiayai sektor infrastruktur dan manufaktur.
"Uang sudah masuk ke kita Rp 13 triliun tapi nggak cukup," kata Asmawi saat press conference kinerja BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (26/10/2015).
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Budi G Sadikin menyebut fasilitas kredit dari China tersebut sangat menggiurkan karena memberi tenor jangka panjang dengan bunga rendah. Pinjaman tersebut nantinya dipakai Mandiri mendukung program refinancing hingga pembiayaan proyek BUMN berbentuk dolar.
"Pendanaan CDB dalam bentuk dolar AS dalam jangka panjang, amount besar. Sulit dapat dari sumber lain meskipun G2G," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Achmad Baiquni, menyebut pihaknya siap menyerap berapa pun alokasi pinjaman dari China karena menawarkan bunga rendah dan tenor jangka panjang.
"Jangankan US$ 1 miliar, lebih kita ambil," ujar Baiquni.
Komentar :
Pemerintah harus lebih berhati-hati dalam menerima pinjaman dari bank luar
negri. Karena seperti yang diketahui hutang yang masih ada nampaknya masih
sangat banyak untuk dilunasi, dan bila memang uang tersebut dipinjam untuk
membiayai sektor infrastruktur dan manufaktur semoga tidak ada segelintir oknum
nakal yang mengambil uang pembangunan. Agar pembangunan dapat segera dikerjakan
dan roda perputaran ekonomi meningkat ke arah yang lebih baik dan negara dapat
membayar kewajiban-kewajiban yang dipinjam.
Hutang jangka
panjang menurut Kieso (2002 : 242) “terdiri
dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat
kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi
perusahaaan, mana yang lebih lama”.
Jadi pemerintah
harus bisa mengontrol perputaran uang tersebut digunakan sesuai dengan
kepentingan jangan sampai merugikan negara.
Kieso, Donal
E. 2005. Accounting Principles 7th Edition. Jakarta:Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar